Berlian Hitam

"saya terima nikahnya Kirana larasati… dengan mas kawin tersebut tunai. Tangan gagah mas Ryo menggenggam tangan waliku 
     Air mataku perlahan meleleh, ketika seluruh saksi di dalam ruangan menggema mengucapkan " sah! ".
" selamat yaaa Kiran…" ujar Merry sahabat ku. Satu per satu teman menyalamiku. Rongga bahagia menyelimutiku. Aku bahagia…
    Mas Ryo suami yang sempurna. Idaman semua istri. Kehidupan Pernikahan kami sangat bahagia.
      Hingga suatu hari aku bermaksud belanja di warung sebelah, aku mendengar ibu - ibu sedang bergosip.
" Eh bu Agus, kenal sama Tina ga? Tetangga baru kita. "ujar bu Santi.
 " kenapa memangnya bu? "Tanya bu Agus heran.
 " eh dia itu pelakor lhooo… hati-hati aja. Ujar bu Santi.
Aku mengerutkan keningku, tidak mengerti dengan yang mereka bicarakan.
" maksudnya gimana yah ibu - ibu? ", tanyaku tiba - tiba.
" eh ada Kirana… hati-hati lhooo jeng. Tina itu janda. Dia pelakor. Hati - hati aja yah… jagain suaminya. Apalagi mas Ryo ganteng, punya karir bagus. "tutur bu Santi.
" jagain gimana bu? Apa suamiku harus diikat? " Tanyaku kebingungan.
" Ya iya lah diikat dengan cinta… "ujar bu Santi sambil mengerlingkan mata
" Oh… "sahutku tersenyum. Aku selalu berfikir positif pada suamiku. Tidak pernah aku berfikir macam - macam, karena suamiku orang yang sangat baik. Janda memang selalu dipandang sebelah mata, jadi wajar tetangga baruku mendapat gosip yang tidak sedap. Aku berfikir apa salahnya menjadi seorang janda? Toh itu bagian dari fase kehidupan. Takdir Allah tidak bisa dirubah. Ibu Agus dan bu Santi masih berbincang-bincang. Memang ghibah akan  sangat mengasyikan jika ada temannya. Naudzubillahimindzalik dengan dosanya,ibarat memakan daging saudaranya. Apa bedanya dengan kanibal? Ihhh aku bergidik ngeri.
"saya pamit yah ibu-ibu "ujarku memotong pembicaraan mereka. Keduanya menganggukan kepala, kompak.
" hati - hati yah jeng, jagain suaminya " teriak bu Santi. Aku hanya tersenyum.
     Jarak antara warung dan rumahku hanya 100 meter. Aku berjalan kaki sambil menenteng sayuran yang telah dibeli tadi. Hari ini aku akan memasak makanan kesukaan mas Ryo, ayam garang asam. Ah, pasti mas Ryo senang.
     Di tengah perjalanan, ku dapati rumah baru berwarna biru langit. Hmmm tampak minimalis dan tertata rapih. Mataku tertuju pada tanaman bougenvil di rumah tersebut. Aku menyukai tanaman hias, ketika melihat tanaman bougenvil tersebut inginku memiliki nya. Ku Langkahkan kakiku menuju pemiliknya. Aku memberanikan diri mengetuk pintu rumah tersebut.

"asalamualaikum… "sahutku. Tiga kali ucapan salamku tidak ada jawaban. Hening. Aku mengalihkan pandanganku pada tulisan 'bel' dekat pintu rumah itu. Aku menekannya, tak berapa lama munculah seorang wanita mungil tampak manis
"  Ada yang bisa dibantu? "sambutnya ramah.
" mba itu bougenvil milik mba? Tanyaku
"iya betul mba, kenapa mba?
"oalah cantik sekali kaya pemiliknya, aku suka banget tanaman hias lhooo mba. Ujarku sambil mendekati bougenvil tersebut.
"ini aku namakan Berlian Hitam. Kalo mba suka ambil aja.. "tuturnya sambil tersenyum.
" serius?! Ini buat aku?! "seruku sambil membelalakan mata." aku mau beli lhooo tadinya ". Sambungku lagi.
" ga usah dibeli mba, ambil aja kalo suka "
" Aku nda enak lhooo mba… eh mba dengan siapa namanya? "tanyaku.
"  Aku Tina mba… "
" Oh ini… mba Tina itu, baik dan cantik yah."
" biasa aja mba, aku tetangga baru disini ".
" bener nih mba? Bougenvil nya buat aku? "tanyaku sekali lagi.
" ambil aja mba… "
" oalah… terima kasih bnyk yaa mba… "sahutku kegirangan. Akhirnya aku membawa pulang bougenvil itu.
     Tetangga baruku sangat baik, tidak seperti yang mereka bicarakan. Tina di mataku sangat baik. Tina orang yang sangat ramah, tentang gosip nya pelakor. Entahlah, peduli amat.
    Akhirnya aku sampai di rumah. Aku taruh bougenvil itu di halaman rumahku. Aku senang koleksiku bertambah. "Berlian Hitam… baik - baik di sini yah nak, ibu mau masak dulu." Aku bicara dengan bougenvil tersebut,setelah itu Aku langsung ke dapur untuk melanjutkan tugasku memasak.
     Sore telah tiba, mas Ryo pulang. Aku merapikan diriku sebentar di depan cermin. Aku menyambut kedatangannya. Aku mencium punggung tangannya.
" ayo mas, makan dulu… hari ini aku memasak ayam garang asam kesukaan mas. " ujarku sambil bergelayut di tangan nya.
" oia?! Istriku selain cantik pandai menghibur suami  ".  Sahutnya sambil mencoel daguku.
" mas, halaman rumah kita makin cantik yaaa… "ujarku sambil menyajikan makanan di meja makan.
"kenapa memangnya?" Tanya mas Ryo
"Aku dikasih bunga bougenvil dari tetangga baru kita " jawabku.
" tetangga baru?! Memang ada?! "
" iyaaa… namanya mba Tina. Baik lhooo orang nya "
" ehekk… ehek… ehekk" mas Ryo keselek. Aku ambilkan minum air mineral.
"kenapa mas? Masakannya ga enak kah? "tanyaku

" enak kok Kiran .  " ujar mas Ryo tersenyum. aku tadi menggigit ranjau "sambungnya lagi. Oh yang dimaksud 'ranjau' itu rupanya cabe rawit. Aku sengaja memasukan beberapa cabe rawit utuh untuk menambah sensasi pedas masakanku.
"  Kirana.. " ujar mas Ryo
" Ya mas?! " sahutku
" Kamu memasaknya banyak engga? "Tanya mas Ryo.
" hmmm lumayan "
" tetangga baru kita kan udah ngasih bougenvil, kenapa ga ngasih masakanmu padanya?! "
" oia mas, makasih yah udah mengingatkan. Hampir aja aku lupa. " ujarku. Segera ku menuju dapur untuk mengemas garang asam.

" jeng Kiran… mau kemana? "teriak seseorang. Aku menolehnya.
" eeehhh … bu Santi. Ini lhooo bu mau ngasih masakan saya ke mba Tina. Kebetulan saya masak banyak hari ini. " jawabku.
" masak apa jeng? "Tanya bu Santi sambil sesekali dia melirik rantang yang aku bawa.
" masak ayam garang asam "
" owhhh… baik bgt yah jeng, tapi hati - hati lhooo. Dia kan pelakor, jangan terlalu baik sama orang kaya gitu. "
" inshaa Allah nda bu, justru dia yang baik, ngasih bougenvil buat aku "
" Ahhhh topeng aja itu, hati - hati aja yah. Mas Ryo kan ganteng?! Takutnya diembat lagi sama dia… "
" Oh iya, bu Santi mau nyobain masakan saya? Yu mampir ke rumah saya. "potongku di sela obrolan dengan bu Santi. Bukan aku tidak mendengar kata - kata bu Santi. Aku hanya tidak mau terus menggibahi orang. Bagi hidupku, jika ada orang baik akan ku balas baik. Masalah dia pelakor bodo amat yang penting bukan suamiku. Hihihi…
" Kenapa jeng? Kok senyum - senyum sendiri? "Tanya bu Santi keheranan.
" Eh nda apa - apa bu, cuman kalo ibu mau nyobain boleh k rumah saya "
" Oh iya. Kapan - kapan deh jeng ini udah mau hujan, jemuran belum di angkat ". Ujar bu Santi sambil ngeloyor pergi.
" asalamualaikum… asalamualaikum… mba Tina "sapaku begitu sampai depan pintu rumahnya. Karena rumah baru belum memasang pagar sehingga aku leluasa langsung ke depan pintu rumahnya.
" waalaikum Salam.. "terlihat mba Tina tergopoh - gopoh membukakan pintu." eh mba Kiran… ada apa tho mba? "
" ini ada sedikit makanan untuk mba Tina. Aku masak sendiri… cobain deh masakanku ". Ujarku
" repot - repot amat mba. Tapi makasih lhooo yah "jawabnya tersenyum sambil menerima rantang dariku.
" sama - sama mba..  Kapan - kapan main k rumah ku yah"
"inshaa Allah mba ".
Aku segera pamit pulang karena hujan
" masih hujan mba, tunggu dulu sampai reda "ujarnya sambil mempersilahkan aku masuk ke ruang tamunya yang tampak asri dan tertata rapi walau serba minimalist.
" bunda… bunda..  " aku mendengar teriakan anak kecil dari dalam kamar.
" sini nak, bunda lagi ada tamu "teriak mba Tina. Tidak berapa lama seorang anak kecil berusia sekitar 4 tahun keluar dari kamarnya  sambil mengucek matanya dan merengek manja.
" ini tante kirana.., salim dulu yah " ujar mba Tina kepada anaknya.
" mba… ini Dinda anak saya". Sambungnya lagi memperkenalkan anak kecil itu padaku.
" oalah ayu tenan Kamu nak ". sahutku sambil mencoel dagunya.  Mba Tina seorang janda dengan satu anak. Sambil menunggu hujan reda, aku mendengarkan kisah mba Tina.
"... yah begitulah mba… suamiku sering memukulku, terakhir dia selingkuh dengan sahabat ku sendiri…" tuturnya sambil berderai air mata. Aku jadi iba melihat mba Tina terlebih Dinda, anak sekecil itu harus hidup tanpa kasih sayang ayah. Mataku nanar menangis melihat mereka. Apalagi melihat Dinda. Dia bergelayut manja di tangan ibunya, mba Tina.
" Oh iya mba, jangan lupa cobain masakan saya "ujarku melerai suasana.
" Oh iya yah lupa aku… makasih ya mba masakannya "  mba Tina dan anaknya pergi ke dapur.
" ini mba rantangnya" tak berapa lama mba Tina kembali dari dapur "saya isi dengan kue buatan saya." sambungnya kemudian.
" padahal ga usah repot diisi mba, saya cuman mau berbagi masakan aja. "
"nda apa - apa mba, lha cuman kue nastar aja. "
" kue nastar? Wah kesukaanku itu… "sahutku sambil membelalakan mata." alhamdulillah… ". Kebaikan selalu dibalas dengan kebaikan begitupun sebaliknya.
     Hujan pun mulai reda, aku pamit pulang. Mas Ryo masih menunggu kedatanganku.
" hujan mas, tadi dari rumah mba Tina aku neduh dulu. " ujarku tiba - tiba.
Mas Ryo tampak kaget dengan kedatanganku.
" kenapa mas? "tanyaku.
" engga papa… kamu dari mana? " Tanya mas Ryo tiba - tiba
" kan udah dibilangin aku dari rumah mba Tina ".
" Oh… " wajah mas Ryo tampak gugup, entah kenapa. Aku jadi curiga, jangan - jangan apa yang dikatakan tetanggaku, bu Santi dan bu Agus benar.
 
" Aku mandi dulu yah " ujar mas Ryo tiba - tiba. Mas Ryo melenggang ke kamar mandi. Dia meletakan hp nya di meja. Aku biasanya tidak pernah berani membuka hp suamiku, tapi ketika ada pesan masuk dan tertulis dilayar sebuah nama dengan inisial 'T'. Penasaran, aku membuka hp tersebut.
[mas, susu anakku habis], deg!! Hatiku bergetar, lemas seluruh badan ini. Siapakah sang pengirim pesan berinisial 'T' itu?


Berlian Hitam

    Aku segera meletakan kembali handphone mas Ryo. Mataku mulai memanas, segera ku pergi ke kamar dan membenamkan wajahku di bantal. Benar! Apa yang dikatakan bu Santi dan bu Agus. Beberapa menit kemudian mas Ryo selesai mandi dan masuk ke kamar untuk mengganti baju.  Mas Ryo berdandan rapi sepertinya mau keluar rumah. 
"mau kemana mas? "tanyaku penuh kekhawatiran. 
" mau ke mini market sebentar, Kamu mau di beliin makanan ga? " tanyanya santai. 
" Aku cuman pengen mas pulang lagi dengan selamat. " Ucapku getir. 
      Mas Ryo mau membelikan susu itu, sepertinya. Hati dan mataku panas. Perlahan butiran bening itu membasahi pipi. Jika saja dugaan itu benar, dimana hati nuranimu mas? Masih ingatkah janji suci di hadapan penghulu dan saksiku? Masih ingatkah cincin Berlian Hitam yang Kau beri untukku?. 
       Akhir - akhir ini mas Ryo sering pulang malam dan berangkat lebih pagi. Aku memutar otakku, seandainya benar dia selingkuh dengan Tina, akan kubuat perhitungan, mungkin tidak sekarang tapi di akhirat nanti. 
   Pagi hari seperti biasa mas Ryo berangkat. Dandan rapi. Ah, suamiku memang selalu tampak ganteng. Aku menyediakan sarapan untuknya. 
    "mas, sarapan dulu…" ujarku. 
    "nanti saja sayang di kantor" jawab mas Ryo. 
"kenapa akhir - akhir ini sering berangkat pagi dan pulang malam? " tanyaku tiba - tiba. Entah ada kekuatan darimana aku memberanikan diri menanyakan hal itu. 
  
" Nanti saja sayang, aku jelasin… "ujarnya sambil terburu - buru. 
       Aku tidak boleh berfikiran negatif, tapi hati kecil ini tidak bisa dibohongi, aku mengambil motorku dan menghidupkan mesinnya. Aku mengikuti mobil mas Ryo. Ternyata dugaanku benar, mas Ryo menjemput Tina.  Sejak peristiwa itu, aku selalu membuntuti mas Ryo. Ternyata hampir tiap hari mas Ryo mengantar Tina. Tina bekerja di salah satu bank swasta, berbeda denganku yang hanya ibu rumah tangga biasa.
    Hari demi hari aku lewati dengan air mata, tidak ada lagi canda, tidak ada lagi kehangatan dengan suamiku. 
     Aku tidak kehabisan akal. Aku akan bermain cantik, lihat saja… senyumku sinis. 
Aku memasak banyak, aku akan membagi makanan tersebut dengan Tina. Aku mengemas masakan dalam rantang dan menyimpan rantang tersebut pada motorku. Aku menghidupkan mesinnya lalu melaju menuju rumah Tina. 
"asalamualaikum.., asalamualaikum " sapaku begitu sampai depan pintu rumahnya. Tidak ada jawaban sama sekali. Aku menekan bel pintu rumahnya, akhirnya Dinda keluar sambil mengucek matanya dan membawa botol dot susu. 
"  Eh… Anak cantik, bunda sudah pulang belum? "tanyaku pada Dinda. 
" belum tante "jawabnya," tante masuk dulu… Temenin Dinda main. "ujarnya sambil menarik lenganku. Karena iba, aku menurutinya. Aku dan Dinda bermain di ruang tengah. Aku membantu anak itu menyusun puzzle. 
" Dinda… Kalo bunda kerja, Dinda sama siapa di rumah? Tanyaku sambil menyusun puzzle. 
" sendiri aja tante… " jawabnya. Yaa Rabb miris hati ini mendengarnya. 
"  trus kalo Dinda ingin minum susu? Gimana? "
" Dinda bisa sendiri… " kemudian dia pergi ke dapur mengambil kaleng susu lalu menunjukan padaku cara pembuatannya. Dinda menuangkan beberapa sendok susu ke dalam botol dan menuangkan air di dispenser ke dalam botolnya. Tangan kecil Dinda tampak cekatan, tapi tetap saja aku tidak tega melihatnya.
     Alhamdulillah udah adzan magribh lagi. 
" Dinda… Tante boleh ikut shalat ga? Boleh pinjem mukena bunda ga? " tanyaku. 
"  boleh tante… "
" bunda biasanya pulang jam berapa? "
" kalo langit udah gelap bunda pasti pulang " jawabnya polos. 
    Beberapa menit kemudian suara mobil terdengar memasuki halaman.".. Nah itu kayanya bunda datang!" seru Dinda, dia teriak - teriak kegirangan, " asik bunda datang… asik bunda datang." serunya sambil berlari keluar rumah. Aku mengejar Dinda lalu kudapati mobil mas Ryo di halaman rumah. Mas Ryo rupanya telah menjemput Tina, ternyata dugaanku benar, mereka selingkuh. 
      Aku berusaha menahan air mata agar tidak jatuh ketika Tina turun dari mobil. Wajah mas Ryo tampak pucat. 
" Kirana sedang apa di sini? "Tanya mas Ryo sambil mendekatiku
" Aku  benci sama kamu mas… aku benci " emosiku tak terbendung lagi. 
" Aku bisa jelasin semuanya " ujarnya mengiba. 
" penjelasan seperti apa???  Semuanya sudah jelas!!! " teriaku. Mba Tina tampak kebingungan. Dia segera memasuki rumah dengan menggendong Dinda. Beberapa saat mba Tina keluar lagi tanpa Dinda. 
"... Maafin saya mba…" ujar Tina tiba - tiba 
"DIAM KAMU!!! "emosiku benar - benar memuncak. 
" Kirana… nanti mas jelasin. Kita pulang dulu yah " ujar mas Ryo sambil memegang pundah ku. 
"  Aku tidak mau pulang mas, jelasin dulu… " ujarku tegas. 
"  iyaaa nanti di rumah aku jelasin… yuk naik mobil. " ujar mas Ryo sambil memegang pundaku dan menuntunku ke mobil. 
" sudah berapa lama mas? " tanyaku dengan suara gemetar, aku tidak bisa membendung air mata ini. Mas Ryo masih fokus ke depan memarkirkan mobilnya keluar dari halaman rumah Tina. 
"  nanti aku jelasin di rumah ya sayang " ujar mas Ryo sambil sesekali dia meliriku. Aku menangis sejadi - jadinya. Jarak dari rumah Tina dan rumahku memang tidak begitu jauh, kurang lebih 50 meter. 
Aku membuka pintu mobil dan menutupnya dengan keras, baru kali ini aku semarah ini. 
Segera ku masuk ke kamar dan membenamkan wajahku di bantal. Mas Ryo membuntutiku masuk ke kamar. 
" Kirana… dengar dulu " ujar mas Ryo sambil mengusap hijabku. Aku masih menangis 
" apa yang harus dijelaskan mas?!  Semuanya sudah jelas!! Omongan tetangga itu benar kan mas?! " sahutku sambil menangis dan meninggikan nada bicaraku. Aku emosi
"... Wkwkwk…", mas Ryo terkekeh "kamu cemburu yah" ujarnya lagi. Aku bingung dibuatnya,  kenapa mas Ryo ketawa? (bersambung) 







    



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nek! Kalau Nanti Aku Sembuh, Aku Berangkatkan Nenek Naik Haji

Panggil aku dinar 2

Dibalik Nama Dinar