Panggil aku Dinar!


Langit di senja itu terasa mendung, dan aku hanya bisa menghela nafasku, nafas yang terasa sangat berat sambil sesekali aku melihat rekam medis di tanganku...."kanker rahim",,, air mataku perlahan meleleh entah apa yang akan terjadi dalam menjalani hari-hariku. Aku menatap nanar masa depanku, aku masih ingin menyelesaikan studi S2 ku, menikah dengan orang yang ku cintai dan mewujudkan cita-cita kedua orang tuaku.

Langkahku gontai seiring berjalan pulang, tak terasa kerongkonganku serasa mengering karena baru tersadar kalau aku sendiri belum minm dan makan dari siang tadi. Astaghfirullah, inikah adzab-Mu yaa rabb?, hingga aku harus mengalami seperti ini? gumamku dalam hati.

" Ndu...kamu udah pulang nak?",, tanya ibuku dari dalam kamar. 
"iyaa bu,,," jawabku lemas sambil memasuki kamar.
"bagaimana hasilnya anakku?" tiba-tiba saja ibu sudah memasuki ruangan kamarku
"aku..." tenggorokanku seperti tercekat mengatakan sesuatu..."aku...." ... aku kan...kanker rahim bu"... pecah sudah tangisanku dan aku memeluk ibu saat itu dengan kerasnya dan tidak ingin melepaskannya.
"oalah nduuuu,,,,,,Astaghfirullah ndu,,,astaghfirullah,,,astaghfirulahh...gusti cobaan opo tho iki...anakku ndu... anakku ndu...sing sabar yo cah ayu,,,sabar,,, ndu" ibuku teriak-teriak menangis sambil sesekali menyeka air mataku.
"jangan sedih ndu, Allah selalu bersama kita, tidak ada yang tidak mungkin bagi-Nya. Tetap sabar dan tawakal anakku.. Allah tahu yang terbaik..." ibu terus menguatkanku. aku yang saat itu tidak bisa berfikir apa-apa merasa seluruh dunia sangat gelap dan aku sudah tidak mengingat apa-apa lagi.

***

Aku  tersadar dari pingsanku, ku melihat sekelilingku suasana rumah sakit yang paling aku benci. Aku tidak melihat sosok ibu di sana...dimana ibu?...gumamku dalam hati. aku hanya meliaht sosok lelaki yang tak kukenali dengan memakai seragam putih dan menggunakan kacamata yang cukup stylish tersenyum ramah ke arahku.
" Alhamdulillah sudah siuman..." senyumnya manis sekali. Ah, Astaghfirullah,,,ada apa dengan mata ini...
"Mba Dinda?...kemaren mba dinda mengalami pingsan.. Alhamdulillah sudah tersadar". Kata seseorang yang ku tebak dia adalah seorang dokter itu menatap ke arahku. Sementara di sudut yang lain seorang suster sibuk mengecek tekanan darahku dan memasan termometer.
"i..ibu saya dimana dok?,, tanyaku
" owh iyaa,,ibu diluar, nanti akan saya panggilkan setelah pemeriksaan selesai. Mba din.."
"euuu,...euu panggil aku Dinar". Tukasku singkat memotong pembicaraan dokter sebut"
"baik mba Din ...hmmm Dinar"... ujarnya tersenyum simpul...Masya Allah manisnya...
"oia kalau boleh tau, kenapa ingin dipanggil Dinar? tanyanya sambil seolah-seolah ingin tahu.
"ehh dokter kepo..." ujarku menimpali sambil bercanda.
"haha..." dokter itu tertawa keras.
Percakapan kami berlanjut ke arah kesehatan, dokter tersebut begitu simpatik dan sangat memperhatikan ku dan mengkhawatirkan kesehatanku. Ah, jangan Ge er dulu, mungkin bentuk perhatiannya memang sudah tugasnya sebagai seoran gdokter untuk memberikan pelayanan terbaiknya terhadap setiap pasiennya. Ah tidak..tidak.. jangan berharap banyak.

Tiba-tiba ibu, tergopoh-gopoh masuk sambil membawa makanan dan buah-buahan kesukaanku,
"anak saya udah siuman dok..." tanyabeliau penuh harap" oalah cah ayu,,, alhamdulillah kamu udah siuman nak..!" ibun membelai jilbabku"
" baiklah ibu, dan mba Din hmmm dinar,,, semuanya sudah baik, saya pamit keluar dulu untuk memeriksa pasien yang lain. Jaga makannya yaaa mba Dinar jangan dulu banyak bergerask mungkin beberapa hari ke depan Mba Dinar masih akan menginap disini" urainya sambil tersenyum simpul
"baik dok, terima kasih banyak yaa dok...!" pungkasku..
dan dokter pemilik senyum manis itupun berlalu pergi. sementara ibu dari tadi menyiapkan makanan dan menyuapi nya untukku. Ah, ibu aku selalu menginginkan saat-saat seperti ini.
***
 Sudah hari ketiga, aku menginap di Rumah sakit ini. bayang-bayang maut dan kematian selalu mengisi hari-hariku. jika saja tidak ada orang-orang tersayang yang menemaniku maka tubuh ini akan semakin melemah. Air mataku perlahan menetes, aku tidak bisa membayangkan akan berpisah dengan ibu yang halus dengan logat jawa yang khas. atau mungkin aku akan meninggalkan sahabat-sahabat seimanku ,,,icha, vero, dan amanda,,,owh iya satu lagi arti,,,akhawat yang paling centil diantara kelompok kami. dan aku kangen mereka...

Ku lirik arlojiku, waktu masih menunjukan pukul 7:30, ibu belum datang ke Rumah sakit, karena mungkin masih sibuk menyiapkan makanan untuk 2 aadikku tercinta. setelah bapak meninggal, ibu memang berjuang sendiri, menjadi seorang ibu juga seorang ayah. untungnya ibu seorang yang kuat dan tak pernah menyerah. Ibuku hanya seorang guru SD, alhamdulillah penghasilan sebagai guru ditambah uang pensiunan dari Ayah mampu menghidupi biaya kami anak-anaknya untuk melanjutkan studi lebih tinggi lagi. 
" kamu harus berpendidikan tingi nak, pendidikan memang tidak akan membuat mu kaya harta, tapi pendidikan adalah jalanmu manapaki kesuksesan dalam hidup ini. karena kaya tidak harus dicapai dengan pendidikan formal. kekayaan bisa datang dengan sendirinya untuk orang-orang yang mau bekerja keras. kerasnya meraih kekayaan akan seimbang jika kita memiliki ilmu untuk mendapatkan dan mengelolanya." begitulah kira-kira terakhir pesan ayah.

Aku berjalan mencari udara segar menuju taman rumah sakit yang dikhususkan untuk para pasien berjemnur,  sambil sesekali melihat androidku, haruskah aku update status tentang galau dan gundahnya jiwa ini menjalani hari-hariku?'... lamunanku buyar sudah tiba-tiba ada suara laki-laki berdehem di belakangku..
"Assalamualaikum mba Dinar..." sapanya ramah. Aiiihhh dokter ganteng itu, pemilik senyum termanis semanis teh manis hangat buatan ibu... hmmm lebay yah aku ini...
"Waslaikum salam eh dok, ada disini? sejak kapan?.. aga kikuk aku meliaht dokter itu
"aku mengganggu?..". tanyanya. aku kaget ketika dokter itu menggunakan kata "aku" dalam pembicaraanya.
"ehh..enga ko... cuman tadi aku aga sedikit melamun.. heehe.."
"apa yang kamu lamunkan?" tanyanya
"engg... aku hanya meratapi nasibku, aku berfikir akan menjadi seorang wanita yang tidak sempurna seperti wanita lainnya. aku tidak menyalahi kodrat dan iradat yang teah ditakdirkan oleh Allah hanya saja aku masih memiliki keinginan untuk membahagiakan ibu dan meraih cita-citaku"
dokter tersebut manggut-manggut "kalau boleh tahu apa yang kamu cita-citakan?"
" banyak hal, aku ingin melanjutkan s2ku, dan membahagian ibuku juga adik-adikku.." jelasku penuh harap.
"Jika saja Alah mampu merubah siang menjadi malam, maka tidak ada yang tidak mungkin di dunia ini. Ketika Doa akan mampu merubah takdirku, maka perbanyaklah berdoa. Allah menguji-Mu memberitahukan sakitmu bukan untuk mengakhiri hidup-MU tapi untuk menguji iman-Mu seberapa banyak engkau masih mengingatnya disaat Allah uji seperti ini.." urainya panjang lebar
aku tertegun pandanganku penuh kekaguman, ah dokter itu selain pemilik senyum manis maka dia adalah malaikat sesungguhnya, Subhanallah sholeh. Aku merasa hatiku dipenuhi asa yang aku sendiri tidak tahu perasaan apa ini. Cintakah?

***
Dear diary,

jika asa adalah sebuah penantian, maka biarlah penantian ini penantian yang halal yang memuliakanku hingga saatnya tiba...
jika cinta ini adalah sebuah kisah,maka biarlah kuukir rasa cinta yang indah di dalam hati ini..
jika rindu ini adalah untaian kasih maka biarlah aku memilikimu tanpa tahu apa dan mengapa
dan aku mencintaimu dalam diam, tanpa sebab tanpa tanya dan mengapa... 
biarlah asa ini menyatu dalam jiwa dalam kisah yang tanpa tahu kapan ini akan berakhir...

Yogyakarta, 2016....
         "Cah ayu,,, kamu dah bangun?" tiba-tiba suara ibu mengejutkanku
          "" ndu, kamu nda bosan toh di kamar terus?.. main keluar sana,,,tubuhmu kan butuh gerak"..
          " siap bu, aku keluar sekarang aku ,,, aku keluar kamar dulu yaa bu"... aku sibuk merapikan diri ku ambil hijab pink ku dan kacamata kesayanganku tak lupa aku simpan buku diaryku dalam sebuah lemari.

hhhh....uhhhffff sudah 2 minggu aku dirawat disini, tak terasa waktu berjalan begitu cepat. tapi entah kenapa aku seperti menemukan semangat baru disini, semangatku kembali bangkit saatku berada disini, karena dokter itu?.... ahhh.. aku hanya bisa tersenyum geli pada diriku sendiri. mana mungkin dengan kondisi aku yang seperti ini ,,, sementara dia adalah seorang dokter dengan sejuta pesonanya,,, ah, jangan terlalu berharap banyak.

"ehhmm...ehmmm..." tiba-tiba suara seorang laki-laki dewasa membuyarkan lamunanku. " Assalamualaikum Dinar... saya mengganggu?".
" subhanallah...dokter, aku kaget... ya Allah, aku sedikit melamun tadi..." jawabku aga kikuk, ternyata dokter yang menjadi lamunanku tadi berada di depanku. aiiihhh aku malu.....

Hari demi hari aku lalui bersama dokter Tyo, begitu dia dipanggil. Nama lengkapnya Prasetyo, dia terlahir dari keluarga yang berkecukupan hingga mengemban pendidikan dan bekerja menjadi seorang dokter di Rumah Sakit ini. Aku menjadi sangat tahu banyak tentangnya, karena kami sering bertemu dan berbagi banyak hal di taman rumah sakit ini. Aku menyukai kehidupan disini lebih tepatnya aku bersyukur dengan keadaan ini, karena aku percaya baik dan buruknya keadaanku Allah tahu mana yang terbaik bagiku[bersambung]


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nek! Kalau Nanti Aku Sembuh, Aku Berangkatkan Nenek Naik Haji

Panggil aku dinar 2

Dibalik Nama Dinar